Senin, 08 April 2013


15.1 TEORI KONSUMSI DAN TABUNGAN RUMAH TANGGA

            Konsumsi merupakan kajian penting dalam perekonomian nasional karena merupakan komponen pokok pengeluaran agregat dan apa yang tidak dikonsumsi atau apa yang ditabung digunakan untuk investasi.
            Secara teoritis dalam kegiatan makroekonomi, kegiatan besar dalam mengkonsumsi dilakukan oleh 2 sektor utama yaitu sektor pemerintah (G) dan rumah tangga (C). Teori konsumsi rumah tangga yang paling banyak dibahas dalam ilmu ekonomi umumny adalah teori konsumsi model Keynes, teori konsumsi model Friedman, model Modiagliani, dan analisis Duesenbery.
            Besar kecilnya konsumsi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1.    Tingkat pendapatan dan kekayaan. Tinggi rendahnya daya konsumsi seseoranga atau masyarakat berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat pendapatan. Artinya bila pendapatannya tinggi maka konsumsi nya semakin tinggi (baik dalam jumlah maupun dalam nilai) karena ini berhubungan dengan pemenuhan kepuasan yang tak terbatas. Apabila pendapatannya rendah maka konsumsi nya juga relatif rendah karena berhubungan dengan keinginan bertahan hidup, jadi konsumsi untuk bertahan hidup dan pemenuhan kepuasan yang tinggi semuanya karena faktor pendapatan. Selain pendapatan, kekayaan juga sangat berpengaruh. Dengan tingkat kekayaan tertentu maka meskipun pendapatan aktualnya menurun dari periode sebelumnya bisa saja tingkat konsumsi nya sama dengan konsumsi sebelumnya atau bahkan tingkat konsumsi nya lebih besar dari kenyataan pendapatannya.
2.    Tingkat suku bunga dan spekulasi. Bagi masyarakat tertentu ada kalanya mau mengorbankan konsumsi untuk mendapatkan perolehan yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku dari uang yang ditabung, sehingga manakala suku bunga tinggi konsumen masyarakat berkurang meskipun pendapatannya tetap. Selain suku bunga, tingkat spekulasi masyarakat juga mempengaruhi tingkat konsumsi, masyarakat bisa saja mengurangi konsumsinya karena berharap pada hasil yang besar dari uang yang dikeluarkan untuk main di pasar saham atau obligasi (menunda konsumsi tinggi) dengan harapan tentunya akan bisa melakukan konsumsi yang lebih besar apabila dalam kegiatan spekulasi itu mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.
3.    Sikap berhemat. Antara sikap berhemat dengan peningkatan kapasitasproduksi nasional memang terjadi paradoks. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional maka konsumsi haruslah ditingkatkan. Akan tetapi disisi lain untuk meningkatkan pendanaan dalam negri agar investasi dapat berjalan dengan mudah dan relatif murah serta aman maka tabungan masyarakat perlu ditingkatkan. Manakala tingkat perekonomian sudah mencapai kondisi ideal biasanya masyarakatnya akan cenderung hidup berhemat sehingga akan memperbesar proporsi tabungan diri pada proporsi konsumsi dari pendapatannya.
4.    Budaya, Gaya hidup (pamer, gengsi, dan ikut arus) dan demonstration effect. Gaya hidup masyarakat yang cenderung mencontoh konsumsi menjadikan konsumsi masyarakat terpengaruh. Konsumsi untuk produk-produk yang belum saat ini dibutuhkan dan dibeli hanya demi gengsi dan mengikuti arus membuat tingkat tabungan masyarakat menjadi rendah. Demikian juga halnya dengan dampak demonstation effect yang menjadikan pola konsumsi masyarakat yang terlalu konsumtif sehingga akan mengurangi tingkat tabungan.
5.    Keadaan perekonomian. Pada saat perekonomian dalam kondisi stabil maka kondisi masyarakat juga akan stabil. Akan tetapi, manakala perekonomian mengalami krisis maka biasanya tabungan masyarakat akan menjadi rendah dan konsumsi akan menjadi tinggi karena kurangnya kepercayaan pada lembaga perbankan dan semakin mahalnya dan langkanya barang-barang kebutuhan.

Sumber : Putong, Iskandar. 2010. Economics Pengantar Mikro Dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar